Minggu, 20 Desember 2015

Jogjakarta is Choice

Jogjakarta is choice.

Hal pertama kenapa aku pilih Jogjakarta untuk tempat menuntut ilmu setelah SMA ? Karena dia menarik, mahir menarik perhatian ku untuk tinggal disana dan menyicipi makanan khas Jogjakarta yaitu gudeg dan bakpianya. Dan yang kedua masyarakat yang ramah tamah, serta gaya hidup sederhana, untuk anak rantau sepertiku sangat pas dengan masyarakat yang ramah tamah karena bisa sedikit mengurangi rasa rinduku dengan lingkungan rumah di Bogor, dan sebenarnya bisa saja bergaya hidup elegant seperti dikota-kota besar lainnya seperti Jakarta, Bandung, Surabaya tetapi tidak dengan kota yang satu ini, Jogjakarta mengajariku untuk tetap bersyukur, legowo dan manut wae, untuk menjalani hidup didunia ini. Dan alasan terakhir banyak tempat wisata, dan yang paling penting Jogjakarta itu kota pendidikan. Kenapa aku bilang  yang paling penting itu Jogjakarta kota pendidikan ? itu berarti sama saja dengan lingkungan pendidikan, karena dengan dukungan penuh dari lingkungan kita dapat merasa nyaman dan bebas melakukan apapun tanpa tekanan dan itu juga artinya aku bisa belajar dan menuntut ilmu dengan keadaan yang pas.

Awalnya memang bukan Jogjakarta pilihanku, tetapi yang maha kuasa mengarahkanku untuk tetap memilih Jogjakarta, mungkin banyak cara seperti teman-temen yang mendukungku untuk tetap memilih Jogjakarta. Mereka bilang sih “jadi, kalo liburan ke Jogjakarta ada yang bisa ditumpangi dan tidak harus mengeluarkan uang sewa hotel untuk tempat tinggal”. Tapi tidak mudah memang meyakinkan Ayah Mamah untuk melepasku di Jogjakarta, kata mereka banyak pertimbangan. Salah satunya, aku udah 7 tahun di lingkungan pesantren dan bisa dibilang aku hanya liburan saja menginjakan kaki di rumah. Masalah universitas negeri atau swasta tidak jadi masalah bagi Ayah dan Mamah,  yang terpenting aku tetap kuliah di Bogor. Tapi bagiku universitas negeri atau swasta adalah suatu masalah. Karena itu jadi awal penentuan untuk jadi insan yang berkualitas, yah walaupun semuanya kembali kepada diri sendiri. Tapi pada akhirnya, Ayah dan Mamah tetap mendukung pilihanku.

Massa itu pun tiba, hari dimana aku harus meninggalkan Bogor untuk beberapa bulan kedepan. Semuanya terasa manis, walaupun hati ini sedih menginggalkan kota kelahiran, tapi aku yakin dengan keberangkatku ini dapat mewujudkan beberapa cita-citaku kelak, Aamin. 

Setibanya di Jogja, aku merasa semua kerinduan ini terbayar. Kerinduan akan kota yang damai dan tentram karena masyarakatnya. Aku memang baru kali kedua menginjakan kaki di kota pendidikan ini, yang pertama untuk mengikuti test reguler di UIN SUKA, dan yang kedua sekarang ini.

Di bulan pertama, aku masih senang dengan lingkungan sekitar serta teman-teman baru dari berbagai daerah, sebenarnya sama saja seperti di pesantren dulu, bedanya kali ini kami datang dengan semangat serta pemikiran baru, layaknya mahasiswa yang kritis dengan setiap peristiwa yang terjadi. Tapi satu masalah yang aku hadapi setiap aku menempati lingkungan baru, penyesuaian diri. Tapi itu sudah aku pikirkan sebelum aku keluar dari pesantren, memang sebelumnya pun aku pernah merasakan penyesuaian diri dan itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Tetapi, apa masih berlaku di  kalangan mahasiswa untuk penyesuaian diri dengan waktu yang cukup lama ? aku rasa tidak, karena jika kita berlarut hanya dengan penyesuaian diri kita hanya seperti kepompong, bedanya kepompong dengan kepastiannya akan menjadi kupu-kupu, sementara mahasiswa tidak akan mungkin menjadi seorang sarjana hanya dengan diam saja.

Bulan kedua, aku semakin nyaman. Aku mulai mengerti peraturan-peraturan yang ada, adat istiadat yang masih begitu kental, serta sedikit demi sedikit mempelajari bahasa Jawa. Tidak sulit memang, semuanya mengalir begitu saja.

Bulan ketiga, semua berbalik arah. Aku tidak lagi merindukan Jogja seperti pertama aku menginjakan kaki di kota ini, semua kerinduan ini menjadi sepenuhnya milik Kota Hujan, Bogor. Aku begitu sangat merindukan keadaan di Bogor, ntah apa yang membuat aku begitu ingin pulang. Setelah aku tahu bahwa Idul Adha tahun ini jatuh pada bulan Oktober, aku pun tidak berfikir panjang aku langsung menghubungi Ayah dan Mamah untuk pulang ke rumah. Bogor, I am coming ... itulah status terakhir ku sebelum meninggalkan Jogja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar